Ekskul Sekolah Gaza, Menembak dan Melempar Granat
AP Photo/Adel Hana
Seorang anak sekolah Palestina terlibat dalam pelatihan militer di kamp-kamp militer Hamas di Jalur Gaza.
GAZA CITY, KOMPAS.com —
Kementerian Pendidikan Hamas dikabarkan memberi pelatihan cara
menembakkan AK-47, melempar granat, dan memasang bahan peledak kepada
anak-anak sekolah di Jalur Gaza.
Skema "ekstrakurikuler" ini
mendapat kecaman kelompok-kelompok pembela HAM Palestina. Apalagi, Hamas
sebelumnya menghapuskan mata pelajaran olahraga dari kurikulum sekolah
dengan alasan tidak cukup jam pelajaran.
Pemerintah Hamas
memperkenalkan Futtuwa atau program kepemudaan ke dalam kurikulum
nasional pada September tahun lalu untuk 37.000 pelajar berusia 15-17
tahun.
Hamas mengklaim program ini adalah untuk mempersiapkan generasi baru pemuda Palestina yang akan berjuang melawan Israel.
Izzadine
Mohammed (17) adalah satu dari para pemuda yang hadir dalam kelas
mingguan yang terdiri atas pelatihan PPPK, pelatihan tempur dasar, dan
bagaimana cara menembakkan AK-47.
Izzadine juga adalah satu dari
5.000 anak laki-laki di seluruh Gaza yang mendaftar untuk ikut dalam
pelatihan selama dua pekan yang digelar di basis militer Hamas.
"Saya sangat bersemangat untuk mempelajari cara menggunakan senjata api," kata Izzadine.
"Itu
semua sangat penting karena pendudukan (Israel). Saya merasa lebih kuat
dan lebih percaya diri dengan pengetahuan yang dapat saya gunakan
melawan pasukan pendudukan," tambah dia.
Dalam pelatihan dua pekan itu, anak-anak tersebut mengenakan seragam gaya militer berupa kaus hitam dan celana
jeans hitam. Mereka dilatih para perwira Garda Nasional Hamas dan anggota sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam.
Izzadine
mengatakan, selain soal senjata api, mereka juga dilatih bela diri,
seperti karate dan seni bela diri lainnya. Mereka juga dilatih cara
melempar granat dan cara melindungi diri jika granat meledak di dekat
mereka.
"Tiarap di dekat granat, karena pecahan granat akan terlempar ke luar," ujar Izzadine.
Dalam pelatihan ini, Hamas membantah menggunakan peluru tajam.
Namun,
anggota organisasi HAM Al-Mezan Gaza, Samar Zakout, mengatakan, tidak
memahami kebijakan di balik pelatihan ini. Samar mengatakan, pelatihan
ini malah mendorong Israel menjadikan sekolah sebagai sasaran jika
terjadi konflik.
"Hamas mencoba menciptakan sebuah budaya
perlawanan, dan membuat anak laki-laki kami lebih kuat untuk menghadapi
Israel. Namun, mereka jangan melakukannya di sekolah. Bisa jadi Israel
menjadikan ini sebagai alasan untuk menyerang sekolah Gaza di masa
depan," kata Samar.
Mohamed Syam, petinggi Kementerian Pendidikan
yang bertanggung jawab atas Futuwwa, membantah jika Hamas menggelar
pelatihan militer di sekolah.
"Kami tidak menggelar pelatihan
militer di sekolah. Kami hanya menyediakan informasi. Para pemuda bisa
bergabung dengan sayap militer, mereka tidak membutuhkan latihan militer
di sekolah," kata Syam, yang menambahkan tahun depan pelajar putri juga
akan mendapat pelatihan yang sama.
Namun, dalam sebuah artikel
di situs Kementerian Pendidikan Hamas tertulis ucapan terima kasih
kepada Brigade Al-Qassam dan mengharapkan kehadiran perwakilan kelompok
ini dalam wisuda sekolah yang juga dihadiri Mohamed Syam.
Namun, tetap saja Syam membantah telah memasukkan pendidikan militer ke sekolah-sekolah di Gaza.
"Aspek militer hanya sekitar satu persen dari seluruh pelatihan," ujar Syam.
"Di
sisi lain (Israel), mereka juga melatih pemudanya untuk membenci dan
membunuh bangsa Arab serta memberi pelatihan militer untuk para
pemudanya," tukas Syam.
Para pemuda Israel memang harus mengikuti wajib militer selama tiga tahun setelah lulus sekolah menengah atas.